RINGKASAN KETERAMPILAN DASAR
KEBIDANAN 1
PEMBERIAN OBAT SECARA EPIDURAL
.
.
.
.
.
.
.
.
Disusun
Oleh :
Angela Christine 15150028
Kelas A.12.1
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
A.
PENGERTIAN EPIDURAL
Epidural
merupakan suntikan yang menggunakan obat bius lokal (berasal dari kokain) dan
disuntikkan ke dalam ruang-ruang epidural yang melindungi sumsum tulang
belakang. Pada epidural konvensional klien akan mati rasa baik saraf
sensorik maupun motoriknya. Dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir, epidural
telah dikembangkan dengan konsentrasi obat bius yang (bius local), dan dengan
kombinasi anestesi lokal serta opiat (obat yang mirip dengan morfin dan
meperidin) pembunuh rasa sakit untuk mengurangi blok motor, dan untuk
menghasilkan apa yang disebut epidural "berjalan".
Analgesia Spinal juga telah
semakin digunakan dalam persalinan untuk mengurangi blok motor. Spinals
menyuntik narkoba menembus dura dan ke dalam ruang (intratekal) tulang
belakang, dan hanya menghasilkan analgesia jangka pendek. Untuk
memperpanjang-efek menghilangkan rasa sakit dalam persalinan, dosis bisa
ditambah sesuai kebutuhan
Epidurals dan spinals
menawarkan bentuk yang paling efektif dari penghilang rasa sakit yang tersedia
dalam pertolongan persalinan, dan wanita yang telah menggunakan analgesia untuk
mengurangi rasa nyeri mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi terhadap metode
ini, Namun, kepuasan tidak mengalami nyeri ini tidak tidak sama dengan kepuasan
keseluruhan keseluruhan persalinan selain itu ternyata epidural juga dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi. Epidural
dan hormon persalinan secara signifikan penggunaan
epidural mengganggu beberapa hormon utama persalinan, yang dapat mempunyai
dampak negatif pada proses kelahiran . WHO mengatakan bahwa
analgesia epidural adalah salah satu contoh yang paling mencolok dari
medikalisasi persalinan normal. yang, mengubah acara fisiologis menjadi
prosedur medis.
B. Efek samping Epidural
Obat yang digunakan dalam
persalinan dengan epidural yang cukup kuat membuat mati rasa, dan biasanya
melumpuhkan, dan dapat mempengaruhi tekanan darah ibu, sehingga tidak
mengherankan bahwa akan ada efek samping yang signifikan bagi ibu dan bayi.
1.
Efek pada proses persalinan
Epidurals membuat persalinan
berjalan lebih lambat, karena bukti dari penelitian bahwa anestesi lokal yang
digunakan dalam epidural dapat menghambat kontraksi dengan langsung
mempengaruhi otot rahim
2.
Efek samping bagi Ibu
a.
Efek
samping yang paling umum dari epidural adalah penurunan tekanan
darah. Efek ini hampir universal, dan biasanya di dahului dengan pemberian
cairan IV sebelum memberikan epidural. Hipotensi dapat menyebabkan
komplikasi mulai dari perasaan pingsan serangan jantung, 37 dan juga dapat mempengaruhi suplai darah ke
bayi. Hipotensi dapat diobati dengan pemberian cairan IV lebih banyak dan, jika
parah, dengan suntikan epinefrin (adrenalin).
b.
Ketidakmampuan
untuk buang air kecil (dan kebutuhan untuk pemasangan kateter kencing)
c.
gatal-gatal
pada kulit (pruritus)
d.
Menggigil
e.
Mual dan muntah
f.
Epidurals
juga dapat menyebabkan kenaikan suhu tubuh pada ibu
bersalin.
g.
Dapat menyebabkan kesulitan
bernapas yang tak terduga bagi ibu
h.
Meningkatkan
resiko persarahan post partum
i.
Menyebabkan sakit kepala parah
yang dapat bertahan hingga enam minggu
3.
Efek samping untuk bayi
1. Trauma persalinan
2. Resiko kecanduan pada masa
remaja nanti
3. Perubahan denyut jantung janin
yang dapat menyebabkan distress
4. Suplai oksigen berkurang akibat
tekanan darah ibu yang berkurang
5. APGAR yang kurang
6. Salah satu peneliti telah
mencatat sepuluh kali lipat peningkatan risiko ensefalopati baru lahir
(tanda-tanda kerusakan otak) pada bayi lahir dengan ibu yang demam akibat
epidural
7. Resiko untuk mengalami kejang
pada periode baru lahir lebih tinggi, dibandingkan dengan bayi yang lahir
normal
8. beberapa studi terhadap kondisi
bayi saat lahir, dan hampir semua bayi yang lahir setelah epidural dibandingkan
dengan bayi yang lahir setelah terpapar obat opiat, yang diketahui menyebabkan
kantuk dan kesulitan bernapas.
9. Beberapa studi yang
membandingkan bayi terkena epidural dengan bayi yang ibunya tidak menerima obat
yang telah menemukan dampak neurobehavioral yang signifikan,
Pemberian obat secara epidural
merupakan teknik untuk menghilangkan rasa sakit dengan memasukan jarum kecil
berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung hingga ke
daerah epidural (rongga di bagian tulang belakang).
Manajemen nyeri
yang dapat dilakukan oleh bidan diantaranya mengurangi faktor yang dapat
menambah nyeri misalnya ketidak percayaan, kesalah fahaman, ketakutan,
kelelahan, dan kebosanan.
C. PROSEDUR DAN TEKNIK
a. Persiapan peralatan dan Jarum
epidural.
Seperti pada anestesi
umum, obat-obatan serta mesin anestesia disiapkan sebelum penderita masuk
ruangan ; begitu pula dengan monitor standar. Persiapan termasuk
vasopressor untuk mencegah hipotensi, oksigen suplemen melalui nasal kanula
atau masker untuk mengatasi depresi pernapasan akibat sedatif atau anestetik.
Pada umumnya jarum
weiss atau tuohy ukuran 17 yang digunakan untuk ideintifikasi ruang epidural.
Jarum ini mempunyai stylet dan ujungnya tumpul dengan lubang pada sisi lateral
dan mempunyai dinding tipis yang dapat dilalui kateter ukuran 20. Jarum ukuran
22 sering digunakan untuk tehnik dosis tunggal.
b. Menentukan posisi pasien
Pasien dapat diposisikan pada posisi duduk, posisi lateral
atau posisi prone dengan pertimbangan yang sama dengan anestesi spinal.
c. Identifikasi
Ruang epidural.
Ruang epidural teridentifikasi setelah ujung jarum
melewati ligamentum flavum dan menimbulkan tekanan negatif pada ruang
epidural. Metode untuk identifikasi ini dibagi dalam dua kategori :
loss of resistance tehnik dan hanging drop tehnik.
1) Loss
of resistence tehnik.
Tehnik ini adalah cara yang umum dipakai untuk
identifikasi ruang epidural. Cara ini dengan mengarahkan jarum
melewati kulit masuk kedalam ligamentum interspinosus, dimana dibuktikan
oleh adanya tahanan. Pada saat ini intraduser dikeluarkan dan jarum
dihubungkan dengan spoit yang diisi dengan udara atau Nacl 0,9 %, kemudian
tusukan dilanjutkan sampai keruang epidural.
Ada dua cara mengendalikan kemajuan penempatan
jarum. Pertama menempatkan dua jari menggenggam spoit dan jarum
dengan tekanan tetap pada pangkalnya sehingga jarum
begerak kedepan sampai jarum masuk kedalam ruang epidural.
Pendekatan lain dengan menempatkan jarum beberapa millimeter dan
saat itu dihentikan dan kendalikan dengan hati-hati. Dorsum tangan non dominan
menyokong belakang pasien dengan ibu jari dan jari tengah memegang poros
jarum. Tangan non dominan mengontrol masuknya jarum epidural dan setelah itu
ibu jari tangan dominan menekan fluger dari spoit. Ketika ujung jarum berada
dalam ligamentum fluger tidak bisa ditekan dan dipantulkan kembali, tetapi
ketika jarum masuk ruang epidural terasa kehilangan tahanan dan fluger mudah
ditekan dan tidak dipantulkan kembali. Cara yang kedua lebih cepat dan lebih
praktis tetapi memerlukan pengalaman sebelumnya untuk menghindari penempatan
jarum epidural pada lokasi yang salah.
Gambar. Posisi tangan pada jarum epidural
2) Hanging Drop tehnik.
Dengan tehnik ini jarum ditempatkan pada ligamentum
intrspinosus , pangkal jarum diisi dengan cairan Nacl 0,9 % sampai
tetesan menggantung dari pangkal jarum. Selama jarum melewati
struktur ligamen tetesan tidak bergerak; akan tetapi waktu ujung
jarum melewati ligamentum flavum dan masuk dalam ruang epidural, tetesan cairan
ini terisap masuk oleh karena adanya tekanan negatif dari ruang
epidural. Jika jarum menjadi tersumbat, atau tetesan cairan
tidak akan terisap masuk maka jarum telah melewati ruang epidural yang ditandai
dengan cairan serebrospinal pada pungsi dural. Sebagai konsekuensi tehnik
hanging drop biasanya digunakan hanya oleh praktisi yang berpengalaman .
Gambar. Cara memasukkan jarum kedalam ruang epidural
d. Pilihan tingkat block.
Anestesia epidural dapat dilakukan pada salah
satu dari empat segmen dari tulang belakang (cervical, thoracic, lumbar, sacral).
Anestesia epidural pada segmen sacralis biasanya disebut sebagai anesthesia
caudal.
1. Lumbar epidural anesthesia.
a. Midline approach.
Pasien diposisikan, dipersiapkan dan ditutup kain steril dan
diidentifikasi interspace L4-5 sejajar Krista iliaka. Interspace dipilih
dengan palpasi apakah level L3-4 atau L4-5. Jarum ukuran 25 digunakan untuk
anestesi local dengan infiltrasi dari suferfisial sampai kedalam ligamentum
interspinosa dan supraspinosa. Jarum ukuran 18 G dibuat tusukan kulit untuk dapat
dilalui jarum epidural. Jarum epidural dimasukkan terus pada tusukan
kulit dan dilanjutkan kearah sedikit kecephalad untuk memperkirakan
lokasi ruang interlaminar dan sebagai dasar adalah pada perocesus spinosus
superior. Setelah jarum masuk pada struktur ligamentum , spoit
dihubungkan dengan jarum dan tahanan diidentifikasi. Poin utama disini
bahwa adanya perasaan jarum masuk pada struktur ligamentum. Apabila perasaan
kurang jelas adalah akibat tahanan pada otot paraspinosus atau lapisan lemak mengakibatkan
injeksi local anestesi kedalam ruang lain dari pada ruang epidural dan terjadi
gagal blok. Apabila ini terjadi penempatan jarum pada ligamentum diperbaiki,
kemudian jarum dilanjutkan masuk keruang epidural dan loss of resistensi
diidentifikasi dengan hati-hati.
Gambar. anestesi epidural
lumbal: pendekatan median.
b. Paramedian approach
Biasanya dipilih pada kasus dimana operasi atau
penyakit sendi degeratif sebelumnya ada kontra indikasi dengan median approach.
Tehnik ini lebih mudah bagi pemula, karena saat jarum bergerak kedalam
ligamen dan perubahan tahanan tidak terjadi, maka jarum masuk ke
otot paraspinosus dan tahanan hanya dirasakan bila jarum sampai pada ligamentum
flavum.
Pasien diposisikan, dipersiapkan dan ditutupi kain streril
seperti pada mid line approach. Jarum ditusukkan kira-kira 2-4 cm kelateral
garis tengah pada bagian bawah processus spinosus superior. Tusukan kulit
dibuat dan jarum epidura langsung diarahkan kecephalad seperti pada
median approach dan kemudian jarum dilanjutkan kearah midline. Setelah
strukur dermal ditembusi spoit dihubungkan dengan jarum dan selanjutnya
jarum masuk masa otot psraspinosus akan terasa tahanan minimal dan kemudian
sampai ada peningkatan tahanan yang tiba-tiba ketika jarum sampai
pada ligamentum flavum. Jika jarum telah melewati ligamentum flavum dan setelah
loss of resiten teridentifikasi maka jarum telah masuk kedalam ruang epidural.
Gambar. Anestesia epidural
lumbal : pendekatan paramedian
2. Epidural Anestesia Thorakal
Thoracic epidural anesthesia adalah tehnik yang lebih
sulit dari pada lumbar epidural anesthesia , dan kemungkinan untuk
trauma pada medulla spinalis adalah besar. Oleh karena itu, yang penting bahwa
praktisi sepenuhnya familiar dengan lumbar epidural anesthesia
sebelum mencoba thoracic epidural block.
a. Midline approach
Interspase lebih sering diidentifikasi dengan
pasien pada posisi duduk. Pada segmen atas thoracic, sudut processus
spinosus lebih miring dan curam kearah kepala. Jarum dimasukkan
melewati jarak yang relatif pendek mencapai ligamentum supraspinous dan
interspinous, dan ligamentum flavum diidentifikasi biasanya tidak lebih dari
3-4 cm dibawah kulit. Kehilangan tahanan yang tiba-tiba adalah tanda
masuk dalam ruang epidural. Semua tehnik epidural anesthesia diatas regio
lumbal kemungkinan kontak langsung dengan medulla spinalis harus
dipertimbangkan selama mengidentifikasi ruang epidural. Jika didapatkan
nyeri yang membakar kemungkinan bahwa jarum epidural kontak langsung dengan
medulla spinalis harus dipertimbangkan dan jarum harus dengan segera
dipindahkan. Kontak berulang dengan tulang dan tidak didapatkan ligamentum atau
ruang epidural adalah indikasi untuk merubah pada pendekatan paramedian.
Gambar. Epidural anestesia thorakal
: pendekatan median.
b. Paramedian approach.
Pada pendekatan paramedian , interspase diidentifikasi dan
jarum ditusukkan kira-kira 2 cm kelateral garis tengah pada pinggir kaudal
prosesus spinosus superior. Pada tehnik ini jarum ditempatkan hampir tegak
lurus pada kulit dengan sudut minimal 10-15 derajat kearah
midline dan dilanjutkan sampai lamina atau pedikle dari tulang
belakang disentuh. Jarum ditarik kebelakang dan ditujukan kembali agak
kecephalad. Jika tehnik ini sempurna ujung jarum akan kontak dengan
ligamentum flavum. Spoit dihubungkan dengan jarum, dan pakai tehnik loss of
resistence atau hanging drop untuk mengidentifikasi ruang epidural. Sama dengan
paramedian approach pada regio lumbar, jarum harus dilanjutkan sebelum
ligamentum flavum dilewati dan ruang epidural didapatkan.
Gambar. Anestesi epidural thorakal :
pendekatan paramedian.
3. Anestesia
epidural cervical
Tehnik ini khusus dilakukan dengan pasien pada posisi
duduk dan leher difleksikan. Jarum epidural dimasukkan pada midline
khususnya pada interspase C5-C6 atau C6-C7 dan ditusukkan secara relatif
datar kedalam ruang epidural dengan memakai tehinik loss of
resistence dan lebih sering dengan hanging drop.
Gambar.
Anestesia epidural cervical : pendekatan median.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber Buku
Manuaba,Ida
Bagus Gde. 1999.Operasi Kebidanan
Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: EGC
Sumber Internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar