Ilmu Kebidanan
Selasa, 14 Juni 2016
MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN
MAKALAH KONSEP
KEBIDANAN
MODEL KONSEPTUAL ASUHAN
KEBIDANAN
Disusun
Oleh :
Kelompok
3
Kelas
: A 12.1
Nama
Anggota Kelompok :
1. F.
Imakulata 15150021
2. Nurjana
Karmila 15150022
3. Priska
Prisilia Apicandra 15150023
4. Ria
Triwijayanti 15150024
5. Windah
Widi Astuti 15150025
6. Hartini 15150026
7. Stefani
Talia Ina Kulla 15150027
8. Angela
Christine 15150028
9. Nurvita
Sari 15150029
10. Beatrix
Dasilvi Mogi 15150030
11. Siti
Mujirahayu 15150043
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Konsep Kebidanan tentang Model Koseptual Asuhan Kebidanan ini. Kami ucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Ian Rossalia Pradita Puteri S.ST.,
M.Kes. yang telah memberikan tugas
kepada kami.
Kami
meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan
makalah ini.
Demikian
yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon maaf. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta,
18 Desember 2015
Hormat kami,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL .......................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI
...................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
................................................................................................. 1
1.1 Latar
Belakang
............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah
........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan
.......................................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
................................................................................................... 2
2.1
Pengertian Model Konseptual Asuhan Kebidanan
..................................................... 2
2.2
Kegunaan Model Konseptual Asuhan Kebidanan
...................................................... 2
2.3
Macam-macam Model Asuhan Kebidanan ................................................................ 3
BAB
III PENUTUP ........................................................................................................... 10
3.1
Kesimpulan
.................................................................................................................. 10
3.2
Saran
............................................................................................................................ 10
DAFTAR
PUSTAKA
........................................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejarah
kebidanan berjalan panjang mengikuti perkembangan ilmu dan pengetahuan serta
kebutuhan masyarakat. Model dalam teori kebidanan mengadopsi dari beberapa
model lainnya berdasarkan teori-teori yang sudah ada sehingga tercipta sebuah
model kebidanan sesuai dengan filosofi kebutuhan baik dari segi bidan sebagai
profesi maupun wanita dan keluarga sebagai fokus pelayanan asuhan kebidanan.
Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu partnership dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi
kebidanan akan memberikan sumbangan yang berarti dalam menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya preventif dan promotif.
Model
dalam teori kebidanan Indonesia mengadopsi dari beberapa model negara dengan
berdasarkan dari beberapa teori yang sudah ada disamping dari teori dan model
yang bersumber dari masyarakat.
Model
kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan saling percaya dalam
pelaksanaan asisten kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan dapat
memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kesakitan,
trauma persalinan, kematian, dan kejadian seksio
sesaria pada persalinan.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari
Model Konseptual Asuhan Kebidanan ?
2.
Apa kegunaan dari Model
Asuhan Kebidanan ?
3.
Apa saja Macam-macam
dari Model Asuhan Kebidanan ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui lebih
dalam tentang Model Konseptual Asuhan Kebidanan.
2.
Untuk mengetahui
kegunaan dari Model Konseptual Asuhan Kebidanan.
3.
Untuk mengetahui
macam-macam dari Model Asuhan Kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model
Konseptual Asuhan Kebidanan
Konseptual
model asuhan kebidanan adalah suatu bentuk pedoman/acuan yang merupakan kerangka
kerja seorang bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan yang dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi
asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan
(manusia-perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Model
konseptual kebidanan adalah:
1. Gambaran
abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu.
2. Pada
dasarnya sama dengan pengertian konsep kerangka kerja, sistem, dan skema.
Menunjukkan pada ide global tentang individu, kelompok, situasi, dan kejadian
yang menarik untuk suatu ilmu. Konseptual model biasanya berkembang dari
wawasan intuitif, keilmuan dan seringkali disimpulkan dalam kerangka acuan
disiplin ilmu yang bersangkutan (Fawcett, 1992) sehingga konseptual model
memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari suatu disiplin ilmu.
3. Model
memberi kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktik untuk membimbing
tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan yang harus dijawab
dalam penelitian. Konsep model ditunjukkan dengan banyak cara yaitu mental
model, fisikal model, dan simbolik (Lancaster and Lavcaster, 1992)
2.2
Kegunaan Model Konseptual Asuhan Kebidanan
Kegunaan
Model Konseptual adalah:
1. Untuk
menggambarkan beberapa aspek (kongkret maupun abstrak) dengan mengartikan
persamaannya seperti struktur gambar, diagram, dan rumus. Model tidak seperti
teori, tidak memfokuskan pada hubungan antara dua fenomena tapi lebih mengarah
pada struktur dan fungsi. Sebuah model pada dasarnya analogi atau gambar
simbolik sebuah ide (Wilson, 1985)
2. Merupakan
gagasan mental sebagai bagian teori yang memberikan bantuan ilmu-ilmu sosial
dalam mengonsep dan menyamakan aspek-aspek dalam proses sosial (Gaith and
Smith, 1976)
3. Menggambarkan
sebuah kenyataan, gambaran abstrak sehingga banyak digunakan oleh disiplin ilmu
lain sebagai parameter garis besar praktik (Bemer, 1984)
Kegunaan
Model Asuhan Kebidanan:
1. Menyatukan
data secara lengkap.
a.
Tindakan sebagai
bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pimpinan.
b.
Dalam pendidikan untuk
mengorganisasikan program belajar.
c.
Untuk komunikasi bidan
dengan klien.
2. Menjelaskan
siapa itu bidan, apa yang dikerjakan, keinginan, dan kebutuhan untuk:
a.
Mengembangkan profesi.
b.
Mendidik siswi bidan.
c.
Komunikasi dengan klien
dan pimpinan.
2.3 Macam-macam
Model Konseptual Asuhan Kebidanan
1. Model
dalam Mengkaji Kebutuhan dalam Praktik Kebidanan.
Model
ini memiliki empat unit yang penting, yaitu:
a. Ibu
dalam keluarga.
b.
Konsep kebutuhan.
c.
Partnership.
d.
Faktor kedokteran dan
keterbukaan.
2.
Model Medikal
Model Medikal merupakan salah satu model
yang dikembangkan untuk membantu manusia dalam memahami proses sehat sakit
dalam arti keasehatan. Tujuannya adalah sebagai kerangka kerja untuk pemahaman
dan tindakan sehingga dipertanyakan dalam model ini adalah “Dapatkah dengan
mudah dipahami dan dapatkah dipakai dalam praktik?”.
Model medikal lebih banyak digunakan
dalam bidang kedokteran dan lebih berfokus pada proses penyakit dan mengobati
ketidaksempurnaan.
Yang
tercakup dalam model medikal adalah:
a.
Berorientasi pada
penyakit.
b.
Meganggap bahwa akal
atau pikiran dan badan terpisah.
c.
Manusia menguasai alam.
d.
Yang tidak biasa
menjadi menarik.
e.
Informasi yang terbatas
pada klien.
f.
Pasien berperan pasif.
g.
Dokter yang menentukan.
h.
Tingginya teknologi
menaikkan prestise.
i.
Prioritas kesehatan
individu dari pada kesehatan komunitas.
j.
Penyakit dan kesehatan
adalah domain dokter.
k. Pemahaman
manusia berdasarkan mekanik dan bioengineering.
Model medikal ini kurang cocok untuk
praktik kebidanan karena terlalu berorientasi pada penyakit dan tidak memberi
kesempatan klien untuk menentukan nasibnya sendiri. Walaupun demikian,
kenyataannya masih banyak yang terpengaruh pada model medikal ini.
3. Model
Sehat untuk Semua (Health For All-HFA)
Model ini dicetuskan oleh WHO dalam
Deklarasi Alma Atta tahun 1978. Fokus pelayanan ditujukan kepada wanita,
keluarga, dan masyarakat serta sebagai sarana komunikasi dari bidan-bidan
negara lain. Tema HFA menurut Euis dan Simmer (1992):
a.
Mengurangi
ketidaksamaan kesehatan.
b.
Perbaikan kesehatan
melalui usaha promotif dan preventif.
c.
Partisipasi masyarakat.
d.
Kerja sama yang baik
antara pemerintah dengan sektor lain yang terkait.
e.
Primary
Health Care (PHC) adalah dasar pelayanan utama dari
sistem pelayanan kesehatan.
PHC
adalah pelayanan kesehatan pokok yang didasarkan pada praktik, ilmu pengetahuan
yang logis dan metode sosial yang tepat serta teknologi universal yang dapat diperoleh individu dan keluarga dalam
komunitas melalui partisipasi dan merupakan nilai dalam masyarakat dan negara
yang mampu menjaga setiap langkah perkembangan berdasarkan kepercayaan dan
ketentuannya. Dari model HFA dan
definisi PHC terdapat lima konsep (WHO,1998):
1)
Hak penentuan kesehatan
oleh cakupan populasi universal dengan penyedia asuhan berdasarkan kebutuhan.
2)
Pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dimana pelayanan dapat memenuhi segala
macam tipe-tipe kebutuhan yang berbeda harus disediakan dalam satu kesatuan
(semua pelayanan dalam satu tempat).
3)
Pelayanan harus
efektif, dapat diterimaoleh norma, dapat menghasilkan, dan diatur. Yaitu pelayanan
harus dapat memenuhi kebutuhan yang dapat diterima oleh masyarakat dan
pelayanan harus dimonitor dan diatur secara efektif.
4)
Komunitas harus
terlibat dalam pengembangan, penentuan dan pemonitoran pelayanan. Yaitu
penentuan asuhan kesehatan merupakan tanggung jawab semua komunitas dan
kesehatan dipandang sebagai faktor yang berperan untuk pengembangan seluruh
lapisan masyarakat.
5)
Kolaborasi antar
sekolah untuk kesehatan itu sendiri dan pelayanan kesehatan tidak dapat
bergantung pada pelayanan kesehatan saja tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti perumahan, polusi lingkungan, persediaan makanan, dan metode
publikasi.
Delapan
area untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC, delapan area ini adalah:
1)
Pendidikan tentang
masalah kesehatan umum dan metode pencegahan dan pengontrolannya.
2)
kesehatan tentang
persediaan makanan dan nutrisi yang layak.
3)
Persediaan air yang
sehat dan sanitasi dasar yang adekuat.
4)
Promosi Kesehatan ibu
dan anak termasuk keluarga berencana.
5)
Imunisasi.
6)
Pencegahan dan pengawasan
penyakit endemik.
7)
Pengontrolan yang tepat
terhadap kecelakaan dan penyakit umum.
8)
Persediaan obat-obat
essensial (Morley at all, 1989).
4. Model
Sistem Maternitas di Komunitas yang Ideal University of Southeer Queensland
a.
Model kurikulum
konseptual partnership dalam praktik
kebidanan berdasarkan pada model pelayanan kesehatan dasar (Guilliland and
Pairman, 1995).
b.
Partnership
kebidanan adalah sebuah filosofi prospektif dan
suatu model kepedulian (model of care)
sebagai model filosofi prospektif berpendapat bahwa wanita dan bidan dapat
berbagi pengalaman dalam proses persalinan.
c.
Persalinan merupakan
proses yang sangat normal.
d.
Sebuah hubungan partnership menggambarkan dua orang yang
bekerjasama dan saling menguntungkan.
e.
Bidan bekerja keras
bahwa bidan tidak memaksakan suatu tindakan melainkan membantu wanita untuk
mengambil keputusan sendiri.
f.
Konsep “wanita” dalam
asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan tersebut, keluarga, kelompok, dan
budaya.
g.
Konsep bidan dalam
asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri, mitranya atau keluarga, budaya
atau sub kultur bidan tersebut, dan wewenang profesional bidan.
h.
Dengan membentuk
hubungan antara bidan dan wanita akan membawa mereka sendiri sebagai manusia ke
dalam suatu hubungan partnership yang
mana akan mereka gunakan dalam teraupetik.
Bidan harus mempunyai self knowing,
self nursing, dan merupakan jaringan pribadi dan kolektif yang mendukung.
i.
Sebagai model of care the midwifery partnership didasarkan
pada prinsip midwifery care berikut
ini:
1)
Mengakui dan mendukung
adanya keterkaitan antara badan, pikiran, jiwa, fisik, dan lingkungan kultur
sosial (holism).
2)
Berasumsi bahwa
mayoritas kasus wanita yang bersalin dapat ditolong tanpa adanya intervensi.
3)
Mendukung dan
meningkatkan proses persalinan alami tersebut.
4)
Bidan menggunakan suatu
pendekatan pemecahan masalah dengan seni dan ilmu pengetahuan.
5)
Relationship-based
dan kesinambungan dalam motherhood.
6)
Woman
centered bertukar pikiran antara wanita.
7)
Kekuasaan wanita yaitu
berdasarkan tanggung jawab bersama untuk pengambilan suatu keputusan, tetapi
wanita mempunyai kontrol atas keputusan terakhir mengenai keadaan diri dan
bayinya.
8) Dibatasi
oleh hukum dan ruang lingkup praktik individu dengan persetujuan wanita bidan merujuk
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
Hubungan antara wanita, bidan, dan dokter harus
didasari oleh rasa saling menghormati dan saling percaya, bidan boleh
mempertanyakan masalah medis atau perilndungan hukum untuk wanita untuk alasan
apapun, jika wanita tersebut tidak mampu berbicara atas namanya sendiri.
Persepsi
mahasiswa kebidanan ditentukan oleh bidan di bagian pelayanan untuk mengantisipasi mahasiswa dalam menghadapi
kasus yang ditemukan di dalam tim, tetapi praktik mahasiswa akan dibatasi oleh
bidan dan akan mengajarkan beberapa pelayanan khusus kebidanan yang akan
meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa, peran perseptor akan semakin
berkurang dalam praktik dan hanya akan menjadi penasihat dan pendukung.
5. Model
Asuhan Home Based
Dasar asuhan kebidanan berdasarkan home
based merupakan unsure therapeutic
yang terdiri dari sebuah kesadaran dan menjaga hubungan yang dibangun atas
dasar kepercayaan dan dibentuk untuk memfasilitasi asuhan yang berkualitas.
Tanggung jawab dan kejujuran merupakan hal yang harus dibangun dalam hubungan
antara bidan dan klien. Proses persalinan di rumah (Home Birth) sejak lama telah menggunakan konsep “early discharge” sebagai bagian dari Home Based Midwifery Care.
Asuhan kebidanan secara tradisional telah
memiliki asuhan yang berpusat pada wanita. Kontinuitas dari asuhan kebidanan
dapat membentuk waktu yang efektif dalam pemantauan selama kunjungan prenatal
sehingga dapat terjalin hubungan therapeutic secara personal antara bidan dan
keluarganya.
Asuhan yang berkelanjutan (continity of care) dapat membuat bidan
dan keluarga balajar satu sama lain untuk menentukan rencana dan memberikan
asuhan yang baik sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk klien. Dengan proses
ini akan terbuka komunikasi dan membangun komitmen dari bidan dan keluarga
dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan bersama. Partisipasi secara
alami dalam home based midwifery care
dapat memberikan kesempatan kepada calon orang tua untuk mempelajari cara-cara
mengasuh bayinya. Keterampilan ini komponen yang penting dalam pendidikan
prenatal karena bidan tidak selalu mendampingi ibu.
Hubungan therapeutic dan dukungan secara “team” yang ditetapkan dalam home
based midwifery care telah digunakan bertahun-tahun lalu. Dengan pendekatan
ini diharapkan klien bisa mandiri secara dini. Hal ini yang telah menunjukkan
hasil yang baik, dimana resiko yang terjadi pada ibu bisa segera diketahui.
Kemandirian dari klien atau komponen integral dari home based midwifery care dan dapat diterapkan sebagai sebuah model
pada wanita yang memilih melahirkan di rumah sakit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam
memberikan asuhan kebidanan, bidan harus mampu menjalin komunikasi yang baik
dengan klien maupun keluarganya sehingga dapat merencanakan atau memberikan
asuhan yang baik sesuai dengan kebutuhan klien.
Dengan memahami berbagai model
asuhan kebidanan diatas, diharapkan dapat membantu bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan kepada kliennya.
Mungkin diperlukan kombinasi dalam prakteknya, sehingga sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan.
Mungkin diperlukan kombinasi dalam prakteknya, sehingga sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan.
3.2 Saran
Sebagai bidan, kita harus mampu
memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Bidan juga harus
memberikan penyuluhan mengenai kesehatan kepada masyarakat agar masyarakat
mampu menjaga kesehatan untuk dirinya sendiri juga keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Marmi, S.ST., M.Kes, dan Margiyati,
S.SiT., M.Kes, 2014. Konsep Kebidanan
untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
.
Langganan:
Postingan (Atom)